Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Surat Untuk Diriku di Masa Depan

Surat ini kutuliskan untuk diriku dimasa depan. Agar nanti aku tidak lupa diri. Hai diriku, selamat untuk usia yang membawamu mengenal banyak hal. Jangan lupa tentang masa kecilmu yang berlari-lari di pematang sawah dan mencari kayu bakar. Perlu kuingatkan hal ini padamu, supaya kamu tidak menjadi angkuh. Hai diriku, ketika menulis surat ini aku sedang membayangkan diriku sedang berdiri di depan kelas, membagi setiap hal yang bisa kubagi kepada mahasiswa-mahasiswa beruntung. Kau sendiri paham, cita-citaku adalah menjadi seorang dosen. Aku tidak tau takdir seperti apa yang disuratkan Tuhan padaku. Saat ini aku sedang bermimpi tentang itu. Hai diriku, masa kecilmu bahagia. Jadi jangan pernah sakiti orang lain. Semua cinta yang kau dapatkan melalui celotehan ibu dan nasehat bapak, kuharap kau bagi untuk orang-orang di sekitarmu. Semoga engkau bersedia rendah hati agar cinta selalu mengelilingimu. Hai diriku, apakah saat ini kau sedang merindukan ibu dan bapak? Ketika surat

JODOH

"Aku bisa apa Naya? Orang tuamu sudah menerima lamaran Edo untukmu. Tolong kamu jelaskan kita ini sedang apa? Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk bersama" "Bram, aku sudah sangat bersabar menunggu kepastian darimu. Berulang kali aku bertanya kapan datang bertemu dengan orang tua ku, ternyata kamu tak cukup nyali untuk itu? Aku ini perempuan, dua tahun bersama artinya kau sudah mengenal ku dengan cukup. Lalu kau hanya menyanggupiku sebatas pacar. Aku ini perempuan, aku ingin kepastian darimu" "Bahasa apalagi yang harus kuucapkan padamu Nay? Aku akan datang kepada orang tuamu jika waktunya sudah tepat. Aku janji untuk itu" "Waktu yang tepat menurutmu, bukan menurut ku. Hubungan itu berdua Bram, bukan sendiri. Aku tak tau kapan waktu yang tepat menurutmu itu. Aku rasa ini memang jalan terbaik untuk hubungan ini. Jangan ada kata kita lagi. Aku sudah cukup sabar menunggu Bram. Terima kasih untuk cinta terbaik darimu" "Nay, kamu mas