What Do You Think About Social Media

Every day, we are open social media. Right?
Saya pikir itu benar, sebagai anak-anak generasi millenium, dimana rata-rata semuanya punya smartphone android, tidak lepas dari paket data, wifi lalu media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, bla bla bla). Sepertinya media sosial memanggil-manggil untuk diperhatikan.
Lalu kita sebagai yang punya diri diperbudak oleh media sosial, coba bayangkan hal apa saja yang aku dan kamu korbankan demi update di media sosial. Update disini tidak selalu diartikan update status atau caption di Instagram. Kepoin media soaial teman, mantan atau siapapun juga bisa dibilang update kan. Bahkan saya pernah merasa, sehari saja tanpa wifi atau paket internet (artinya gak bisa online) serasa ada yang kurang. Pertanyaannya : Kok bisa begitu?

Media sosial bisa saja menjadi teman baik. Ketika kita sedang menunggu seseorang dalam waktu yang lama (hitungan jam) kita memanfaatkan media sosial untuk menghilangkan rasa jenuh, rasa bosan. *walaupun kita bias mensiasatinya dengan membawa buku kemana mana. Saya sendiri dulunya adalah maniak media sosial dengan tipe update dengan status orang lain, tapi tak pernah update status sendiri. Sekalinya update status pasti tentang motivasi, cie cie cie, sok dewasalah ya kalau lagi update status. Padahal aslinya "berusaha untuk dewasa kok kak" hehehe

Maniak saya terhadap media sosial saat ini mulai berkurang. Awalnya adalah ketika libur kuliah, saya harus pulang ke rumaha mama di Tanjung Basung (karna sejak 2013 saja kos di Padang-kuliah). Saya libur kuliah sampai 3 minggu. Walaupun saya mempunyai smartphone OPPO pada saat itu dan sampai tulisan ini diterbitkan, jaringan yang saya pakai sangat buruk ketika itu sampai saat ini di Tanjung Basung. Tidak ada tanda-tanda kehidupan online ketika itu. Saya mulai belajar untuk terlepas dari media sosial dan smartphone. Hari pertama saya seperti kebingungan. Smartphone tetap saya pegang, dan berusaha untuk mencari jaringan internet diluar rumah. Hasilnya nihil,
Hari kedua saya masih kebingungan, saya membuka BBM, baca chat chat yang lama, lalu pengen banget buka facebook. 
Hari ketiga saya mulai bertekad untuk menghitung kesabaran saya tanpa media sosial yang biasanya memanggil manggil saya. 
dari hari ketika sampai minggu ketiga terhitung kurang lebih 20 hari saya memasang mode hemat daya di smartphone. Jadilah smartphone saya hanya bisa untuk sms dan telephone.

Karena niat dari awal juga, saya bisa melewati 20 hari tanpa online tanpa tekanan juga. Saya mencoba menulis puisi, saya mencoba mendesain kamar (walaupun gak jadi-jadi), saya membersihkan rumah, de el el. Saya perkirakan, jika paket data saya aktif dan jaringan bagus, maka setengah waktu saya setiap harinya tersita untuk hal-hal yang tidak berguna.
Maaf sebenarnya media sosial bukan tidak berguna, hanya saja saya tidak bias memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang berguna. Yang saya kerjakan hanyalah kepoin status orang lain, lalu like, jika perlu komen, begitu-begitu saja sampai pagi-sore-pagi-sore dan malam lagi. again again and again like that.

Saya mulai berpikir untuk memanfaatkan media sosial untuk hal yang berguna, saya tidak lagi maniak dengan media sosial.

Pasar Usang , 8 April 2017
Liria

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Anji - Bidadari Tak Bersayap

Doa dan Usaha Harus seimbang ya Dik!!

Lirik dan Terjemahan lagu Westlife || I Wanna Grow Old With You