Cinta Dalam Kata
Kamu harus
ingat, perihal berpasangan bukan hanya cinta dalam kata. Kamu menuntut
perhatinnya, namun waktumu tak kunjung kamu berikan padanya. Apalagi yang bisa
menunjukkan kamu memang benar-benar mencintainya, jika rindu yang menggebu di
dadanya tidak jua kamu tuntaskan. Dirimu terlalu asyik dengan kenyamananmu yang
tanpa dia, lalu masih pantaskah kamu menyebut mencintainya? Pantas saja dia
berandai-andai lalu mengada-ada perihal kamu.
Disaat-saat
seperti ini, seseorang lain datang mendengarkan ceritanya. Seseorang lain dengan
rela memberi waktunya, sembari mengulurkan tangan mengangkatnya dalam
kebingungan. Kamu sebut dia pengkhianat, padahal kamulah asal mulanya. Tidak ada
apa-apa yang kamu beri padanya, selain cinta dalam kata tanpa usaha. Dia memang
pengkhianat, lalu kamu lebih pantas disebut apa? Korbankah? Setelah kamu menjadi
pelaku awal yang menghendaki ini semua dengan atau tanpa kamu sadari.
Tolonglah
berpikir lebih manusiawi, hati manusia ini cepat berubahnya. Jika kamu ingin
mempertahankan satu hati, jagalah dia dengan segala yang kamu bisa. Itulah
ketulusan. Jika nanti kamu tetap menjadi korban, setelah semua hal baik yang
kamu lakukan untuknya, itu artinya akan ada hati lain yang benar-benar memberi
cintanya yang tulus padamu. Dia sedang menujumu.
Pasar Usang
17 Mei 2017
22.25
Komentar
Posting Komentar